Permainan Tradisional yang Memudar

Menjadi dewasa tak lantas menghilangkan kenangan di saat zaman sekolah dulu. Masa kecil yang masih dengan suasana ceria, begitu juga dengan permainan yang kulakukan bersama teman sekolah yang beragam mulai dari engklek, bola bekel, lompat tali, petak umpet, ular naga, gasing, congklak, gobak sodor, cublak-cublak suweng dan sebagainya. Aku sangat menyukai saat bel istirahat tiba dan bermain bersama teman-teman di halaman sekolah atau dalam kelas.

Seiring berjalannya waktu, aku yang beranjak dewasa miris melihat generasi sekarang dengan banyaknya permainan yang tidak bermanfaat bahkan merusak masa depan karena terpengaruh oleh adanya teknologi masa kini yang semakin membahana misalnya saja PUBG atau Free Fire. Dan paling parahnya lagi yang memainkannya adalah dari kalangan anak bersekolah di mana mereka sudah akrab dengan media tersebut. Sungguh disayangkan anak yang masih status sekolah bermain hal tersebut yang jelas-jelas tidak mendukung pembelajaran bahkan membuat kesenjangan komunikasi dengan teman sebayanya.

Jujur, di dalam hati ini ingin mengembalikan waktu ke zaman dahulu yang penuh dengan keceriaan dan kesederhanaan tanpa dikekang oleh gempuran teknologi. Aku rindu akan permainan tradisional yang dapat mengeratkan hubungan antar teman secara nyata bukan ‘maya’. Seperti yang kita lihat di televisi beberapa waktu lalu terdapat kasus viral anak yang membakar ayahnya sendiri karena terpengaruh dengan permainan yang sedang ia mainkan saat itu. Begitu miris kumelihatnya, dalam hati hanya bisa mengelus dada dan membandingkan zamanku dengan zaman anak sekarang yang jauh berbeda.

Masa kecilku yang dulu kental dengan permainan tradisional, kini nampak makin memudar tergerus oleh adanya berbagai inovasi teknologi yang juga semakin meningkat seiring dengan beredar luasnya media sosial yang beredar di masyarakat. Apalagi, masa pandemi seperti sekarang yang mengharuskan anak-anak untuk belajar di rumah nampaknya banyak membuka peluang bagi mereka yang dengan mudahnya berkelana di dunia maya membuka game online di gawai atau handphone masing-masing.

Apapun yang telah terjadi di depan mata, tidak akan membuat perubahan dan kenyataan bahwa kecanggihan teknologi membuat masyarakat termasuk anak-anak masa sekolah melupakan segala macam permainan tradisional yang dulu sangat seru untuk dimainkan anak-anak usia sekolah, kini mereka makin akrab saja dengan permainan terbaru tersebut. Perlunya kita sebagai orang tua atau pendidik untuk dapat mengayomi mereka di masa emas serta tumbuh kembangnya supaya tidak mengabaikan kewajiban sebagai murid yang tugasnya adalah belajar dengan tekun dan menjunjung tinggi cita-cita di masa depan dengan indah. Serta perlunya orang tua memberikan pemahaman tentang pentingnya mempelajari apapun dengan cara mengajak ke tempat mengasyikkan sekaligus mengedukasi seperti perpustakaan atau taman baca.

0 Komentar

    CLOSE ADS
    CLOSE ADS