Terima kasih Tuhan, Telah menghadirkan dia

 Terima kasih Tuhan, telah menghadirkan dia

Sulitnya mengikhlaskan orang yang selalu ada.




"Kalau kamu pergi aku sama siapa?" Kalimat memelas itu terus terlontarkan. Bukan karna tidak bisa hidup tanpanya. Melainkan, tidak ada yang bisa mengerti dirinya selain dia.

Limah. Gadis lugu yang memiliki nama seperti angka lima itu nyatanya adalah gadis yang mempunyai segudang luka. Belum pernah dia merasakan perhatian yang tulus. Semuanya hanya kamuflase semata.

Semua orang mencarinya ketika butuh saja. Selebihnya ... dia hanya dijadikan cadangan. Agak heran sebenarnya, dia selalu memperlakukan orang dengan baik, namun mengapa dia tidak diberlakukan dengan baik juga? Pertanyaan membosankan itu seolah terukir permanent didalam otaknya.

Bukan mengharapkan pamrih, hanya saja ... ah, sudahlah. Dijelaskan pun, tidak akan paham. Satu hal yang sering dia lupakan, tidak semua orang bisa memperlakukan orang lain dengan baik. Tetapi perlakuan baik seseorang juga belum tentu tulus. Cukup rumit, namun ... inilah dunia yang sebenarnya.

"Maaf, aku juga gak mau seperti ini. Tapi-- ada hal mendesak yang membuatku meninggalkan kamu, mah." Bujukan merdu yang terus dilontarkan, tak ayal membuat gadis itu luluh. Perpisahan memang hal yang gak bisa dihindarkan. Sehebat apapun dia mengelak, jika waktunya berpisah tetap saja bakal pisah.

Namun, sering kali hati memberontak tidak ikhlas. Menolak sang raja pergi meraih mimpi. Bukan bermaksud menghambat, tapi ... dia sungguh tidak ingin kehilangan orang yang sangat tulus sepertinya.

"A--ku nanti harus gimana? Harus apa? Mereka jahat sama aku, gak ada yang bisa ngerti sikap anehku selain kamu," lagi dan lagi, kalimat memelas terus dilontarkan. Entah bagaimana cara menyikapi hati untuk segera ikhlas.

"Aku gak pergi jauh, kita hanya berbeda pulau untuk 3 tahun saja. Kamu bisa telepon aku saat kamu sedang melakukan apapun. Aku masih disekitar kamu, mah. Hanya saja, jarak kita yang terbentang melebar." Lugasnya dengan tatapan sendu, Eza namanya. Pria yang selama ini selalu mengertinya. Sungguh, disaat yang lain membuatnya terpuruk, hanya Eza lah yang membuatnya bahagia.

Menghelah nafas gusar, air mata dipelupuk sungguh tak dapat ditahan lagi. Berusaha menerima tentu tidaklah mudah. Sebagian orang mungkin menganggap ini adalah hal yang lebai dan alay. Mereka tidak akan mengerti berat dan sakitnya ditinggalkan orang yang tulus dengannya kecuali dia merasakan kejadian yang sama.

"O--kei, kamu jaga diri disana, ya. Makasih karna udah nemenin aku selama ini," tuturnya sembari terisak kecil. Sesak di dadanya tak dapat terelakkan. Eza, pria tulus dan humoris yang sudah menemani dan menjaganya harus mengejar mimpi di pulau orang. Ikhlas tidak ikhlas, perpisahan sungguh tidak dapat dihindari.

Dia sangat berterima kasih pada tuhan, terima kasih karna sudah menghadirkan orang setulus Eza untuk menemani hari-harinya yang kelam ini. Berkat Eza, dia sedikit memiliki kenangan indah dihidupnya. Terima kasih, Tuhan.



0 Komentar

    CLOSE ADS
    CLOSE ADS