Filosofi Botol Minum


Sumber : Bhinneka


Filosofi botol minuman, jika dikaitkan dengan botol minuman, tentunya ada perumpamaan unik di balik minuman yang dikemas dalam sebuah botol. Saya mengilustrasikan botol minuman adalah otak manusia dan air ditampungnya adalah pikiran manusia. Setiap hari, manusia melakukan berbagai aktivitas baik itu aktivitas yang dilakukan secara individual ataupun bersama dengan orang lain yang ada di sekitarnya.

Suatu keniscayaan, dari aktivitas tersebut muncullah suatu interaksi yang intensif yang dapat diketahui dari berbagai macam karakter, cara mereka mengobrol, sifat dan perilakunya, serta bagaimana cara dia melakukan kontak mata satu sama lain. Dan secara pribadi pun kita diharapkan dapat mengerti apa yang harus dan tidak kita sampaikan atau ucapkan kepada lawan bicara.

Terkadang, karena hubungan di antara beberapa orang tersebut terjalin suatu tahap yang lebih krusial misalkan persahabatan, salah satu teman kita berbicara panjang lebar dan biasanya terlontar kata yang tak pantas untuk diucapkan sehingga membuat teman yang lain merasa tidak nyaman, meskipun mereka adalah sahabat. Dari sinilah, secara garis besar kita memahami bagaimana filosofinya tersebut.

Jadi, saat kita berinteraksi dengan orang lain, kita dianjurkan agar mampu menekan sedikit ego agar apa yang kita ucapkan jangan sampai menyinggung perasaannya, karena tiap orang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda satu sama lain. Begitu juga ketika berinteraksi dengan orang yang usianya di atas kita terutama dengan orang tua, guru, bahkan kakak kelas sekalipun.

Memang benar ada pepatah mengatakan, “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. Bila yang diucapkan baik dan memberikan manfaat untuk sekitar, sampaikanlah dengan tutur kata yang sopan dan tidak menyakiti hati. Namun sebaliknya, ada beberapa fenomena yang kerap saya temui di lapangan banyak dari orang-orang berbicara tanpa memikirkan dampak buruk yang dirasakan oleh lawan bicara. Akibatnya, terjadilah kasus pembunuhan, atau pertikaian karena salah satu penyebabnya ialah di antara mereka tidak terima dengan apa yang diucapkan temannya tersebut.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah kembali pada filosofi botol ini. Ada beberapa poin penting yang dapat kita petik hikmahnya yaitu pertama, biasakan untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara, kedua, lihatlah siapa yang kita ajak bicara, ketiga, berusaha untuk tidak menghakimi satu sama lain pada saat perbincangan terjadi, keempat, perhatikan atau selektif dalam memilih kata-kata yang akan diucapkan apakah nantinya bisa diterima atau tidak menimbulkan pertikaian oleh lawan bicaramu, kelima, gunakanlah telinga agar lebih banyak untuk mendengar daripada berbicara yang tidak perlu. Terakhir, pandanglah dari segi positif segala perbincangan yang terjadi di antara kedua belah pihak.

Bagaikan botol minuman yang dikemas dengan kualitas terbaik, begitulah kita sebagai manusia pun bisa menjadi pribadi yang berkualitas di mata manusia dan terkhusus di hadapan Allah Swt, jika kau tidak mampu berbicara yang baik maka tutuplah mulutmu dengan sebuah penutup yaitu diam. Karena diam itu lebih baik daripada melontarkan ucapan yang nantinya bisa membuat perpecahan.

Revisi (8 Juli 2022)

0 Komentar

    CLOSE ADS
    CLOSE ADS