Berkata Baiklah atau Diam



Kamu pernah mendengar perumpamaan itu?
Kalimatnya sangat sederhana ketika di ucapkan, namun nyatanya sangat sulit di lakukan.

Sering kali kita sebagai manusia lupa jika perkataan bisa menghancurkan apa saja. Dengan lisan sepasang insan bisa berpacaran, dengan lisan sepasang suami istri bisa bercerai, dan dengan lisan sepasang atau sekelompok yang tidak saling mengenal bisa akrab.

Pengaruh lisan yang sangat kentara, dapat memberikan dampak positif jika kita dapat mengatur dan menahan apa saja kata yang akan kita ucapkan. Ingat satu hal, menahan lisan kita untuk tidak menyakiti orang lain lebih mulia, dibandingkan dengan membiarkan lisanmu mengatakan apa yang kamu rasa.

"Falyaqulkhairanauliyasmud" berkata baiklah atau diam. Jika kita tidak bisa mengatakan yang baik-baik, lebih baik diam. Maka gunakanlah mulutmu hanya untuk 2 hal, senyum dan diam. Senyum ketika mendapat masalah, dan diam saat melewatinya.

Jika di lihat dari sisi positif-negatifnya, lisan tentu saja akan memberi banyak sisi negatif jika kita tidak dapat mengaturnya. Tidak mudah memang, apa lagi terkadang kabar burung yang memancing lisan kita untuk berkata yang tidak baik. Namun, jika kita tidak mulai dari diri sendiri kapan lagi? Sudah cukup selama ini kita mengeluarkan kata yang tidak bermanfaat. Sudah cukup selama ini kita sering boros kalimat unfaedah. Kini saatnya kita memperbaiki diri sendiri. Meminimalisir perkataan negatif, dengan menggantinya dengan kalimat positif.




Kita harus mengerti situasi, kapan kita harus bicara, kapan harus diam. Karena tidak di setiap pembicaraan lisan kita harus ikut serta. Terkadang, diam adalah pilihan terbaik. Saya jadi teringat dengan perkataan seseorang. Dia berkata, "Orang yang bisa menjaga lisannya, dia juga bisa menjaga sikapnya. Namun sebaliknya, orang yang tidak bisa menjaga lisannya, maka sikapnya pun tidak akan terjaga dengan baik." 

0 Komentar

    CLOSE ADS
    CLOSE ADS