Benarkah Melarang itu Menggunakan Kata 'Jangan'?

Sumber: Courtessy Vadilah Ang

Pembaca setia, apa yang kalian lakukan ketika melarang seseorang? Jawaban rata-rata tentu seketika bilang ‘jangan’. Ternyata melarang menggunakan kata ‘Jangan’ kurang memberikan dampak kepada seseorang berhenti melakukan sesuatu yang kita harapkan. Sebaliknya larangan itu menjadikan mengerjakannya atau apabila larangan itu dilakukan di waktu kurang tepat pada anak berakibat anak akan kehilangan inisiatif dalam bertindak karena sudah ditakuti dengan ‘jangan’. 

Mengapa hal itu bisa terjadi? Hal itu sama persis jawaban dan pertanyaanku dulu dalam suatu pertemuan interaktif kelas psikologi pendidikan pada tahun 2017. Cukup lama ya! Dan sekarang tergelitik menyampaikan ini kepada kalian sebab lagi-lagi melihat fenomena umum dimana orang tua melarang anak-anak mereka dengan mengucap “Jangan berlari nanti jatuh” justru si anak semakin kencang berlari dan kemungkinan lain si anak beneran jatuh. Atau larangan-larangan lain yang serupa menggunakan kata ‘jangan’di awal kalimat malah berkebalikan dari yang diharapkan.

Berdasarkan pemaparan yang didapat pada saat kelas psikologi pendidikan.  Penggunaan kata ‘jangan’ sebenarnya justru memicu seseorang melakukan yang kita larang. Sebab pada dasarnya alam bawah sadar anti mendengar hal-hal negatif sehingga kita mengenal kata: tidak, jangan, bukan dan sejenisnya. Ketika dilarang kita paham bahwa itu tidak boleh, namun secara sadar tetap melakukannya.

Hal ini sejalan yang diujarkan Prof. Dr. Budi Matindas dosen fakultas UI, “Orang tuh, selalu berfikir bahwa perkataan lawan bicaranya memiliki tujuan tersembunyi yang memang benar. Dia tidak akan bereaksi terhadap perintah langsung. Sebagai contoh, peringatan ‘dilarang merokok’ justru membuat mereka ingin melakukannya. Hal ini sebab bila seseorang dikonfrontasi, dia akan makin defensif.”

Berbeda dengan menggunakan teori pendekatan behavioristik salah satu konsep yang cukup tua dalam psikologi. Teori behaviour ini menawarkan dua konsep utama, yaitu hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Konsep dasar daripada teori ini adalah hadiah digunakan untuk membentuk perilaku dan  hukuman digunakan untuk menghilangkan perilaku. 

Nah, pada pembahasan larangan diatas berhubungan dengan teori behavioristik yaitu bahwa larangan yang terjadi sehari-hari cenderung menjadi suatu hukuman. Kesalahan umumnya adalah hukuman digunakan untuk membentuk perilaku. Akibatnya perilaku yang diharapkan tidak muncul melainkan perilaku negatif berkembang. Misalnya saat anak dimarah, dilarang kemudian diancam dihukum karena mencoret dinding. Apa yang akan terjadi kira-kira? Bisa saja anak tidak berhenti mencoret selain itu  bisa juga disaat yang sama membuat anak tidak lagi berminat menggambar akibat dilarang.

Berbeda dengan jika pelarangan disertai  hukuman dan di saat yang sama diberikan hadiah menggambar di buku, pola ini jauh lebih efektif membentuk perilaku baru. Selain itu perilaku mencoret dinding menjadi berkurang. Dalam hal ini tentu berdasarkan teori behavioristik makna penggunaan kata ‘jangan!’ harus diimbangi dengan deskripsi yang jelas dari perilaku yang seharusnya dilakukan atau untuk menguatkan efek larangan, perilaku yang diharapkan dilengkapi dengan pemberian hadiah. Jadi selalu perhatikan antara hukuman dan hadiah itu seimbang.

Editorial ys.hm.id


0 Komentar

    CLOSE ADS
    CLOSE ADS