Manifestasi Ditinggal Ngangeni, Ditunggoni Ora Sugih-Sugih dalam Ustadz Salim Akhukuh Fillah untuk Berkarya

Sumber: freepik.com


Meski peringatan hari guru sedunia telah usai, namun tak bosan kuingin memperbincangkan tentang yang namanya 'guru'. Guru, satu kata namun memiliki banyak makna dan hal-hal menarik yang terkadang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata. Cukup menarik bukan? 

Nah, membahas tentang guru, pelajar, dan isi dari dua kata tersebut bagi saya menarik untuk dibahas. Mengapa tertarik? Sebelumnya saya melihat secara random pada aplikasi Instagram milik saya. Dari situ saya melihat unggahan video singkat tetapi secara isi menarik dan penuh makna, yang mana unggahan video tersebut milik Ustadz ternama yang namanya sudah tidak asing lagi yakni Ustadz Salim Akhukum Fillah atau bernama asli Arif Nursalim, tapi kita mengenal beliau dengan nama Salim A. Fillah. Beliau lahir di Kulon Progo, Jawa Tengah. 

Dalam videonya, beliau menyampaikan tentang Jogja, "Jogja adalah kota yang mana ada kalimat seyogyanya hanya ada seyogyanya, tidak ada se-jakartanya apalagi se-ibukota barunya." Lanjut beliau mengungkapkan bahwa "Jogja adalah seyogyanya, dan Jogja itu kata orang jika ditinggal ngangeni ditunggoni ora sugih sugih," dalam bahasa Indonesia maka bermakna ditinggal membuat kangen atau rindu ditunggu tidak membuat kaya, "karena Jogja adalah kota pelajar siapa suruh kerja di sini, jadi memang untuk belajar." Dari kalimat-kalimat beliau, menurut saya multitafsir dan menarik untuk dibahas. Bagi saya, kalimat tersebut ada sangkut pautnya dengan guru serta pelajar. 

Dari kalimatnya "Ditinggal ngangeni ditunggu ora sugih sugih" menurut saya bahwasanya jika memang ingin banyak uang atau mudahnya ingin kaya maka jangan berprofesi sebagai guru. Sebab profesi guru memang sejatinya tidak membuat kita langsung mendapat upah besar seperti bekerja di sebuah instansi atau perusahaan. Ketika sudah terjun ke dunia pendidikan maka sejatinya yang kita cari bukanlah upah namun ilmu yang kita sampaikan kepada pelajar atau murid tersampaikan dengan baik ataukah tidak. Seiringnya waktu, upah akan menyertai kita para pendidik jika kita terus berkarya dan terus berusaha agar ilmu-ilmu yang kita peroleh dapat diambil buahnya oleh para siswa dengan baik pula, sehingga mereka juga dapat merasakan ilmu-ilmu yang telah kita sampaikan.

Dari penyampaian Ustadz tersebut maka dapat ditafsir lain, menurutnya jika kita ingin sugih atau kaya jangan menunggu sesuatu tetapi bergeraklah, dan berkaryalah. Maka, jika kita sudah terjun ke dalam dunia pendidikan atau profesi yang berbau dengan pengajaran janganlah mengharap upah besar ataupun banyak. Karena, jika sudah menjadi seorang pendidik atau pengajar sedikit banyak yang harus kita pikirkan bukan lagi tentang gaji besar, tapi bagaimana kita mampu menyampaikan dan memberi ilmu-ilmu atau pelajaran kepada mereka dengan baik. Serta, dari situ kita bisa mengukur tolak ukur kemampuan kita dalam memberi pengajaran. Seiringnya waktu, jika kita terus mengemban amanah dengan baik dan tulus karena Allah Ta'ala dengan niat karena menjalankan pekerjaan sebagai pengajar, maka rezeki akan bertahap kita peroleh disaat-saat yang tepat dan tanpa kita sangka. 

Percayalah, menjadi seorang guru kita akan tetap kaya. Kaya akan ilmu yang siap untuk disampaikan kepada para pelajar, yang mana mereka akan terciprat kekayaan ilmu-ilmu yang kita punya. Tak lupa pula, sebagai guru tidak hanya ilmu yang perlu kita sampaikan kepada mereka, namun sikap yang baik dan santun yang juga sangat perlu kita tunjukkan dan jaga agar tetap diingat. Pun, dengan sikap serta perangai kita yang baik maka para murid dan orang-orang di sekitar kita selalu merindukan kita seperti Jogja. Jika ditinggal akan membuat orang rindu, jika ditunggu akan mendapat ilmu yang barokah.  

Yuk, mari kita bergerak, berkarya sampai urat nadi kita berhenti, agar para pelajar di luar sana akan ikut senang dan bahagia jika para guru terus berkarya dengan penuh semangat dan keceriaan. 

Tim editorial ys.hm.id

0 Komentar

    CLOSE ADS
    CLOSE ADS